Para Kiai Pendekar Pendiri Banser Muria Raya
Banser Muria Raya dikenal sebagai pasukan Banser yang solid dan militan. Komitmen berhidmah kepada Nahdlatul Ulama sangat tinggi.
Hal itu bisa dilihat keaktifan Banser Muria Raya dalam berbagai tugas kebanseran baik di wilayah Kecamatan Dawe maupun Kabupaten Kudus bahkan luar daerah.
Artikel ini kita akan membahas kiprah Banser Muria Raya dalam belantara kebanseran.
Tulisan ini akan menyajikan hal yang belum jarang disampaikan dalam berbagai pembicaraan yaitu sejarah berdirinya Banser Muria Raya.
Dari berbagai sumber yang terhimpun, ternyata awal berdirinya Banser yang ada di wilayah Kecamatan Dawe atau sekarang dikenal dengan sebutan Banser Muria Raya tidak lepas dari kiprah para tokoh kiai (saat itu masih berusia muda).
Para tokoh pemuda NU saat itu (era tahun 60 an) sudah giat melakukan kegiatan kepemudaan di berbagai tempat di Kecamatan Dawe.
Kegiatan keagamaan tentu menjadi arus utama yang dilakukan yaitu berdakwah mensyiarkan ajaran ahlussunah wal jamaah.
Kebutuhan umat saat itu memang pada persoalan bimbingan dalam mengamalkan ritual keagamaan ala NU seperti berjanjenan (pembacaan sholawat dan sejarah Nabi), ziarah kubur, tahlilan, yasinan, dan pembacaan manaqib.
Dan tentu juga mengajarkan dasar utama ibadah umat Islam yaitu sholat dan membaca Al Qur'an.
Para tokoh pemuda NU memang belum terkoordinir secara organisasi. Namun misi dalam mengembangkan Islam yang rahmatan lil alamin ala ahlussunah wal jamaah menjadi pengikat gerakan mereka.
Seiring perkembangan waktu para pemuda yang punya basis pendidikan pesantren tersebut mulai membangun pondasi organisasi kepemudaan bernama Banser.
Menurut KH Abdul Syakur (Cendono) yang juga termasuk tokoh pemuda yang sedang kita bicarakan ini, era tahun 60 an organisasi pemuda NU bernama Banser di bawah organisasi kepanduan bernama Ansor.
Paman dari KH Ahmad Arwan itu menuturkan bahwa yang lebih dikenal oleh masyarakat saat itu adalah Banser.
Di wilayah Kecamatan Dawe, beliau dan kawan-kawan seperjuangan saat itu juga menggunakan nama Banser sebagai organisasi gerakan mereka.
Hal itu tentu tidak lepas dari suasana saat itu yang membutuhkan hadirnya sosok Banser untuk menghadapi gerakan Partai Komunis Indonesia (PKI) yang merisaukan kehidupan keagamaan dan sudah merambah sampai di desa-desa.
Lantas siapa saja tokoh pemuda NU yang saat itu mendirikan pondasi organisasi gerakan bernama Banser Muria Raya?
Dari penuturan KH Muhdi Ahmad (Piji Wetan) dan juga KH Abdul Syakur (Cendono) keduanya termasuk pelaku sejarah dalam perintisan organisasi pemuda bernama Ansor Banser di kecamatan Dawe ini.
Ada banyak tokoh pemuda NU dari berbagai desa di Kecamatan Dawe yang berjasa mendirikan Ansor Banser di Kudus bagian utara ini. Diantaranya adalah sebagai berikut:
1. KH Fathoni
Menurut cerita KH Muhdi Ahmad, adanya Banser Muria Raya saat ini tidak bisa dilepaskan dari sosok KH Fathoni yang menjadi tokoh terdepan gerakan Banser pertama di Kecamatan Dawe dan juga Banser Kudus.
KH Fathoni merupakan sosok pimpinan Banser yang kharismatik, tegas dan berani.
Ayah dari KH Ahmad Thoha (sekarang Rois Syuriah MWC NU Dawe) ini merupakan pimpinan Banser yang sangat disegani oleh kawan sesama Banser maupun masyarakat umum.
Selain ahli dalam ilmu syariah, KH Fathoni juga dikenal mempunyai ilmu kanuragan dan ilmu hikmah yang tinggi.
Sejak muda KH Fathoni yang juga menjadi masyayikh pendiri Madrasah NU Ibtidaul Falah memberikan ceramah dalam berbagai forum pengajian.
Beliau juga sering diminta oleh masyarakat untuk memberikan solusi berbagai masalah kehidupan umat.
Karena mempunyai ilmu kanuragan dan ilmu hikmah yang tinggi, banyak anak muda yang minta ijazah ilmu hikmah kepada KH Fathoni.
Pendiri dan pengasuh pondok pesantren Al Huda Samirejo Dawe ini juga tak sungkan menggembleng dan membekali anggota Banser dari berbagai daerah dengan ilmu kanuragan dan ijazah.
KH Fathoni merupakan sosok kiai pendekar yang menjadi penyemangat anggota Banser.
Kepada kawan-kawan Banser dan para muridnya KH Fathoni selalu menekankan pentingnya berhidmah di Banser secara total.
Banser adalah pasukan elitnya NU. Menjadi Banser harus didukung oleh tekad yang kuat dan berani berjuang dengan ikhlas dan sungguh-sungguh.
Sikap berani dan total tersebut ditunjukkan pendiri Banser Muria Raya ini bersama sahabat-sahabat Banser saat itu dalam memberantas gerakan PKI.
KH Fathoni selalu siap untuk memenuhi panggilan bertugas di bawah bendera Banser bersama pasukannya tidak hanya di wilayah Kudus namun juga berbagai wilayah di Jawa Tengah.
Beliau berpesan kepada pasukan Banser agar tidak pernah gentar menghadapi musuh agama dan negara.
Pendiri Banser Muria Raya, KH Fathoni wafat pada Selasa 4 Oktober 2011 dalam usia 77 tahun.
2. KH Muhdi Ahmad
KH Muhdi Ahmad merupakan sahabat KH Ahmad Fathoni. Keduanya sama-sama berlatar belakang pesantren walaupun tidak di satu pesantren.
KH Muhdi Ahmad lahir dan besar di dukuh Piji Wetan Desa Lau Kecamatan Dawe. Masa mudanya dihabiskan untuk mencari ilmu dan berjuang di Banser.
Bersama KH Fathoni dan kawan-kawan Banser lainnya, abah dari Gus Akhfas (ketua Rijalul Ansor PAC Dawe) ini mengibarkan bendera Banser di wilayah Kecamatan Dawe dengan gerakan nyata menumpas PKI yang menyebarkan paham komunis dan memberontak terhadap NKRI dalam G30S PKI tahun 1965-1966.
Selain mempuni dalam ilmu agama KH Muhdi Ahmad juga seorang pendekar dengan kemampuan beladiri dan ilmu hikmah yang tinggi.
Didukung dengan postur tubuh yang sangat ideal KH Muhdi Ahmad menjadi Banser yang gagah berani menegakkan ajaran Islam ahlussunah wal jamaah yang dibawa oleh Walisongo dan para kiai NU.
Walaupun punya kedalaman ilmu, KH Muhdi Ahmad tetap rendah hati dan bersahaja. Beliau akrab dengan berbagai kalangan.
KH Muhdi Ahmad sering menjadi rujukan mencari solusi atas berbagai persoalan kehidupan organisasi maupun pribadi yang dihadapi anak-anak muda termasuk para anggota Ansor Banser.
KH Muhdi Ahmad menjadi langganan panitia untuk menggembleng anggota Ansor Banser dalam acara PKD maupun Diklatsar.
Selain di NU dan Banser murid Kinasih KH Hambali Kudus ini juga berjuang di dunia tarbiyah atau pendidikan.
Sampai saat ini KH Muhdi Ahmad tercatat aktif sebagai masyayikh di beberapa madrasah diantaranya Madrasah Diniyah Kudus, Madrasah NU Miftahul Falah Cendono dan juga Madrasah Hidayatul Mustafidin Lau.
3. KH Irjam Lau
KH Irjam menjadi bagian sejarah berdirinya Banser Muria Raya. Beliau ikut berjasa menancapkan pondasi gerakan pemuda NU di wilayah Kecamatan Dawe.
Pada masa mudanya Kiai Irjam dikenal sebagai tokoh pemuda yang kuat dan tangguh. Mempunyai ilmu kanuragan dan dikenal sebagai ahli suwuk.
Saat menjadi Banser era tahun 60 an Kiai Irjam rajin bertugas mengawal kiai dalam acara pengajian yang diselenggarakan oleh masyarakat.
Ayah dari 3 anak ini dikenal sebagai Banser yang pemberani dan tangguh. Kiai Irjam juga tak gentar melawan PKI dan juga penjahat yang meresahkan kehidupan masyarakat.
Sebagaimana KH Muhdi Ahmad, Kiai Irjam juga tinggal berdomisili di Piji Wetan Desa Lau Kecamatan Dawe.
Bagi masyarakat Piji dan sekitarnya Kiai Irjam adalah sosok pengayom dan guru ngaji yang sabar.
4. KH Abdul Syakur
KH Abdul Syakur termasuk Banser generasi pertama di Kecamatan Dawe bersama KH Fathoni, KH Muhdi Ahmad dan KH Irjam.
Sebagai pemuda penggerak Banser KH Abdul Syakur aktif dalam setiap kegiatan kepemudaan.
Berasal dari keluarga kaya dan terpandang KH Abdul Syakur dikenal sosok yang dermawan dan banyak membantu kelancaran kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan.
Ayah dan keluarganya merupakan tokoh-tokoh yang membidani berdirinya Madrasah NU Miftahul Falah Cendono.
KH Abdul Syakur sangat disegani oleh berbagai kalangan masyarakat terutama di wilayah Kecamatan Dawe.
Di kalangan Banser waktu itu KH Abdul Syakur dikenal sebagai anggota Banser yang cerdas, berani dan visioner dengan ide-ide cemerlang.
Di usianya yang sudah 70 an sekarang, alumni pesantren Tambak Beras Surabaya ini masih mempunyai fisik yang kuat. Beliau masih aktif dalam berbagai kegiatan baik masyarakat maupun madrasah.
Demikian sejarah awal gerakan Ansor Banser Muria Raya yang ada di Kecamatan Dawe.
Tokoh-tokoh penggerak Ansor Banser Muria Raya adalah para kiai-kiai muda yang hebat. Mereka tidak hanya memiliki ilmu agama yang dalam namun juga punya kemampuan kanuragan dan hikmah yang hebat.
Mereka para pendiri Ansor Banser Muria adalah para kiai pendekar berilmu tinggi.
Sebenarnya tidak hanya 4 tokoh saja. Masih banyak tokoh-tokoh Banser lainnya era tahun 60 an yang berperan menanamkan pondasi Banser Muria Raya.
Menurut KH Abdul Syakur hampir semua desa di Kecamatan Dawe terdapat tokoh Banser yang ikut mengibarkan bendera Banser di wilayah masing-masing.
Moh. Ali Nuhin
Komentar0