KH. M. Arwani Amin Kudus Jelaskan 3 Langkah Mewujudkan Bacaan Al Qur’an Yang Baik
Oleh : Mualim
Mwcnudawe.id - Membaca Al Qur’an merupakan ibadah utama dalam Islam. Orang yang membaca Al Qur’an, meskipun tidak paham akan maknanya, tetap mendapatkan pahala.
Orang yang membaca satu huruf akan mendapatkan satu kebajikan. Selanjutnya satu kebajikan akan dilipatgandakan menjadi sepuluh kebajikan.
Lebih dari itu, Al Qur’an akan menjadi penjaga dan penolong bagi orang yang berpegang kepadanya besok pada hari kiamat.
Meskipun demikian, membaca Al Qur’an harus mematuhi aturan-aturan tertentu. Tidak boleh sembarang membacanya. Tidak boleh asal membaca.
Jangan sampai kita termasuk orang yang mendapatkan laknat karena kita membaca Al Qur’an sembarangan atau sembrono. Bacaan Al Qur’an kita harus baik: sesuai dengan kaidah-kaidah membaca Al Qur’an.
Untuk mewujudkan bacaan Al Qur’an yang baik setidaknya kita harus menempuh tiga langkah.
Ketiga langkah ini dijelaskan oleh KH Muhammad Arwani Amin Kudus ketika memberikan sambutan (taqridz) pada kitab Risalah Al Qurra’ wal Khuffadz fi Gharaibil Qiroah wal Al fadz karya KH Abdullah Umar Semarang.
1. Berguru Kepada Ahli Qur'an Secara Langsung
Menurut Kiai Arwani untuk mampu membaca Al Qur’an dengan baik langkah pertama adalah kita harus berguru kepada ahli Al Qur’an. Yakni belajar membaca Al Qur’an kepada guru yang memiliki otoritas mengajar Al Qur’an.
Lebih dari itu, kita harus belajar membaca Al Qur’an secara musyafahah (face to feace, tatap muka) kepada guru Al Qur’an.
Jika demikian, tidak cukup kita belajar membaca Al Qur’an lewat media video, kaset, rekaman, buku metode cara cepat membaca Al Qur’an dan lainnya, tanpa belajar secara langsung di hadapan guru Al Qur’an.
Artinya kita harus secara langsung mendengarkan dan melihat bagaimana guru membaca dan mengajari kita membaca Al Qur’an.
Sederhananya, untuk mewujudkan bacaan Al Qur’an yang baik, yang fasih, tidak cukup kita belajar membaca Al Qur’an secara otodidak.
Lebih lanjut, Kiai Arwani menjelaskan keharusan musyafahah ini beradasarkan pada teladan yang dipraktekkan oleh Rasulullah SAW.
Dimana Rasulullah SAW ketika menerima wahyu Al Qur’an, Beliau bisa membaca Al Qur’an dengan baik dan fasih tiada lain karena menerima pengajaran dari Malaikat Jibril a.s. Dengan lain kata, Malaikat Jibril a.s merupakan guru Rasulullah SAW.
2. Butuh Waktu Lama Dalam Belajar Al Qur'an
Langkah kedua, hendaknya orang yang belajar Al Qur’an menempuh waktu belajar yang cukup lama. Belajar Al Qur’an membutuhkan waktu yang cukup untuk bisa membaca dengan baik.
Sejarah mencatat Rasulullah SAW menerima pengajaran Al Qur’an dari Malaikat Jibril; ayat demi ayat sampai khatam membutuhkan waktu kurang lebih 23 tahun.
Berdasarkan fakta ini, Kiai Arwani menyatakan orang yang menginginkan mampu membaca Al Qur’an dengan baik tidak cukup hanya belajar kepada guru. Lebih dari itu, orang terebut harus belajar dengan sabar, telaten, dan menempuh waktu yang lama.
Kiai Arwani mengingatkan kepada kita jangan sampai terburu-buru dan tergesa-gesa dalam belajar Al Qur’an dengan tujuan hanya ingin cepat-cepat khatam Al Qur’an.
Dengan demikian, belajar Al Qur’an membutuhkan kesabaran, keuletan, pantang menyerah, dan kegigihan untuk bisa sampai membaca Al Qur’an dengan baik.
Sebab belajar Al Qur’an tidak cukup sehari dua hari, seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, melainkan butuh waktu beberapa tahun untuk bisa membaca Al Qur’an dengan fasih, benar, sesuai dengan aturan-aturan yang berlaku.
Orang yang tidak mampu bersabar dalam belajar Al Qur’an akan mengalami kegagalan mencapai level membaca dengan baik.
3. Darusan Al Qur'an
Adapun langkah yang ketiga adalah darusan Al Qur’an. Setelah seseorang mampu membaca Al Qur’an dengan baik hendaknya ia melakukan darusan Al Qur’an.
Caranya, seseorang menyetorkan bacaan Al Qur’an di hadapan guru atau memperdengarkan bacaan Al Qur’an dihadapan orang lain yang mampu membaca Al Qur’an dengan baik.
Tujuan dari darusan Al Qur’an ini adalah untuk memastikan bacaan Al Qur’an seseorang. Apakah bacaannya sudah betul-betul baik, fasih, benar atau masih ada kesalahan.
Darusan Al Qur’an ini berdasarkan teladan Rasulullah SAW. Dimana setiap malam bulan Ramadhan Rasulullah SAW menyimakkan ayat-ayat Al Qur’an yang telah diterimanya kepada Malaikat Jibril a.s.
Pada bagian akhir sambutannya Kiai Arwani menyatakan siapa saja yang ingin mampu membaca Al Qur’an dengan baik, bacaan yang diridhoi Allah SWT, maka harus mengikuti teladan yang telah dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Wallahu A’lam.
Mualim, Guru MTs NU Miftahul Falah Cendono
Komentar0