GpY8BSMpTUM6GSC5TUr8TfClTA==

Kepedulian KH Hasyim Asy’ari Terhadap Pendidikan Kaum Perempuan

  Oleh : Mualim*


Hadhratussyekh KH M Hasyim Asy’ari (1871-1947 M) merupakan salah satu tokoh besar Islam Indonesia. Beliau tidak hanya ulama dan pendiri pondok pesantren Tebuireng saja, melainkan juga produktif menulis berbagai kitab. 


Selain itu, Beliau juga pendiri Nahdlatul Ulama (NU), pemimpin NU, dan pemimpin umat Islam Indonesia. 



Lebih dari itu, Beliau merupakan pejuang kemerdekaan, pemimpin bangsa, dan pendidik ummat.   


Banyaknya keistimewaan  yang dimiliki KH Hasyim Asy’ari ini menjadikan Beliau sebagai rujukan berbagai kalangan dalam menyelesaikan berbagai persoalan hidup.


Baik persoalan pribadi, persoalan rumah tangga, persoalan organisasi, persoalan agama, sampai persoalan Negara dan bangsa. 


Karena itu, setiap hari banyak peziarah dan tamu yang sowan kepada KH Hasyim Asy’ari. Tamu tersebut mulai dari ulama, cerdik pandai, pemimpin, rakyat, santri, tokoh masyarakat, maupun masyarakat pada umumnya dari berbagai penjuru. 


Ada tamu yang sowan kepada Beliau ada  yang secara pribadi, sebagai utusan, maupun secara rombongan. 


Biasanya, KH Hasyim Asy’ari menerima para tamu di sore hari. Karena wktu pagi hari sampai dhuhur beliau gunakan untuk mengajar para santri.   


Mereka sowan kepada KH Hasyim Asy’ari dengan berbagai macam tujuan dan keperluan. Ada yang meminta nasihat, berkah doa, meminta pendapat fatwa agama, ingin berdiskusi, dan keperluan lainnya. 


Semua tamu diterima dan dilayani KH Hasyim Asy’ari dengan suka cita, penghormatan, dan ketulusan hati. Salah satu keistimewaan KH Hasyim Asy’ari adalah Beliau mampu berbicara dengan mereka kata-kata yang santun, dari hati ke hati, dengan pikiran jernih, sesuai dengan kondisi mereka.     


Nah, pada suatu sore di hari Jum’at datang rombongan ibu-ibu muslimat dari ujung daerah Jawa Timur. KH Hasyim Asy’ari menerima kedatangan mereka layaknya para tamu lainnya. 


Kemudian ketua rombongan muslimat menyampaikan tujuannya kepada KH Hasyim Asy’ari. Setelah berbincang-bincang secukupnya, ketua muslimat menyerahkan hadiah sejumlah uang yang cukup banyak kepada KH Hasyim Asy’ari. 


Konon, uang tersebut merupakan kumpulan dana amal yang mereka kumpulkan selama bulan Ramadan.  


Mendapatkan hadiah dari ibu-ibu muslimat KH Hasyim Asy’ari menerimanya dengan rasa syukur dan penuh penghargaan.


Sejurus kemudian, KH Hasyim Asy’ari ganti memberikan sejumlah uang kepada ibu-ibu muslimat. KH Hasyim Asy’ari berharap agar ibu-ibu muslimat membangun madrasah untuk kaum perempuan. 


Lewat madrasah tersebut KH Hasyim Asy’ari berharap kaum perempuan mendapatkan pendidikan yang baik. Sehingga putri-putri muslimah menjadi wanita teladan dan mampu berkiprah berjuang memajukan Negara, bangsa, dan agama.   


“Sekarang giliran saya menyerahkan sejumlah uang ini kepada kamu sekalian, agar kalian membangun madrasah untuk mendidik putra-putri muslimah, agar mereka menjadi wanita-wanita teladan yang baik, yang bermanfaat bagi Negara, bangsa, dan agama,” nasihat KH Hasyim Asy’ari kepada ibu-ibu muslimat. 


Kemudian KH Hasyim Asy’ari melanjutkan menyampaikan pengarahan dan nasihatnya kepada ibu-ibu muslimah. Beliau berharap ibu-ibu muslimat memperhatikan pendidikan keilmuan putri-putri  umat Islam. 


Sebab ilmu ibarat senjata. Tentu senjata sangat dibutuhkan dalam sebuah perjuangan atau peperangan. Jika kaum perempuan memiliki ilmu berarti meraka telah memiliki senjata. 


Sehingga dengan bekal ilmu kaum perempuan akan bisa berjuang dan bermanfaat di tengah-tengah masyarakat.


Sebaliknya, jika kaum perempuan tidak memiliki ilmu mereka tak akan mampu melakukan apa-apa yang bermnafaat bagi Negara. 


Berbekal nasihat KH Hasyim Asy’ari tersebut rombongan ibu-ibu muslimat kembali ke daerahnya. Kemudian mereka membeli sebidang tanah yang cukup luas. Di atas tanah tersebut mereka membangun madrasah khusus untuk putri. 


Demikian kepedulian KH Hasyim Asy’ari akan pendidikan kaum perempuan. Pada masa itu rakyat Indonesia—khususnya kaum perempuan—masih terbelakang dalam pendidikannya. 


Terlebih lagi, bangsa Indonesia masih terbelenggu kebodohan dan terbelenggu penjajahan kolonial Belanda. 


*Penulis adalah guru di Mts NU Miftahul Falah Cendono


Sumber bacaaan: Muhammad Asad Syihab, Hadratussyaikh KH M Hasyim Asy’ari Pejuang Kemerdekaan Indonesia (judul asli : Al Allamah Muhammad Hasyim Asy’ari Wadli’u Istiqlali  Indonesia), Pustaka Tebuireng, 2019. 

Komentar0

Type above and press Enter to search.