GpY8BSMpTUM6GSC5TUr8TfClTA==

Renungan Ramadhan (3) : Dua Kenikmatan Agung Bagi Orang Berpuasa

 

Source: pgntree
         

Oleh : Mualim*    

          Konon, seorang saudagar kaya raya tersesat di tengah padang pasir. Ia seperti mengarungi labirin. Ia sudah mutar muter mencari jalan keluar. Namun yang ia temui hanya hamparan pasir. Ia menengok kanan ia lihat lautan pasir. Begitu pula, ia tengok kiri, yang ada ya lautan pasir.  Sehingga ia merasakan perjalanan hari itu begitu berat. Ditambah bekal makanan sudah habis. Begitu pula, bekal minuman juga sudah habis. Meski demikian ia masih memiliki dua karung emas berlian.  

Sementara itu perjalanan masih panjang. Ia tidak tahu kapan perjalanan akan berakhir. Ia bingung. Ia sedih. Kemanapun kaki melangkah yang terlihat hanya hamparan panas pasir. Hal ini membuatnya frustasi. Sedih, bingung, marah bercampur menjadi satu. Sementara terik matahari terus menyengat. Saudagar kaya raya itu lapar. Perutnya menuntut untuk makan. Makan apa, lha wong bekal sudah habis.

Lebih dari itu, yang justru yang membuatnya semakin letih dan lemas adalah rasa haus yang mendera. Kerongkongan kering. Minta segera dialiri air. Padahal persediaan air sudah habis, hanya tinggal botolnya saja. Badannya mulai bergetar, ndredheg. Tanda ia merasakan kehausan yang sangat. Ini tandanya ia bisa saja binasa, mati kehausan bila tidak segara mendapatkan air untuk minum.

Ditengah kebingungan dan kesedihan tersebut ia melihat lelaki tua mendekatinya. Harapan muncul. Ia minta tolong kepadanya. Ia berharap orang tua tersebut berbaik hati memberinya minum barang seteguk dua teguk air. Tetapi siapa sangka, orang tua tersebut mengajukan syarat yang mengejutkannya. Orangtua tersebut akan memberinya minum jika ia bersedia menyerahkan dua karung emas berlian miliknya.

Jika anda menjadi saudagar tersebut, akankah anda tetap mempertahankan kedua karung emas berlian, dengan konsekuensi anda mati kehauasan? Ataukah anda akan melepas dua karung emas berlian tersebut demi seteguk air? 

 “Segar. Nikmat luar biasa!” gumamnya.

Ternyata saudagar tersebut memilih melepas dua karung emas berlian miliknya demi sebotol air minum.

Cerita di atas adalah karangan saya. Tidak terjadi di alam nyata. Lewat ilustrasi cerita tersebut saya ingin menyatakan bahwa kita akan mendapatkan nikmat yang luar biasa ketika  kita makan minum di saat kita sedang lapar dan haus.

Bagi orang yang sedang berpuasa adalah suatu kenikmatan yang luar biasa ketika adzan maghrib berkumandang. Setelah seharian penuh—mulai subuh sampai maghrib—menahan haus dan lapar begitu maghrib tiba ia segera berbuka. Bagi yang berpuasa sedangkan ia bekerja di tempat teduh, menahan lapar dan dahaga mungkin tidak seberapa beratnya. Tetapi bagi pekerja keras, yang menguras tenaga, menguras keringat, di tengah terik matahari, menahan lapar dan dahaga saat berpuasa adalah perjuangan yang luar biasa berat.

Karena itu, begitu maghrib tiba, meneguk seteguk air merupakan kenikmatan yang luar biasa. Meneguk segelas teh hangat menjadikan badan yang semula lemas menjadi segar kembali. Atau meneguk segelas es teh akan membuat badan yang semula letih menjadi bugar kembali. Semangat membuncah. Nikmat luar biasa! Ibarat bunga yang kering, layu, akan mati, kemudian mendapatkan siraman air. Segar kembali! Kenikmatan saat berbuka inilah salah satu anugerah Allah bagi orang yang berpuasa.    

Mari kita simak sabda Nabi SAW berikut:

لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ

Artinya, “Orang yang berpuasa akan meraih dua kegembiraan, kegembiaran ketika berbuka puasa/berhari raya, dan kegembiraan ketika bertemu Tuhannya,” (HR Muslim).

Sabda Nabi SAW di atas memberi gambaran kepada kita dua kenikmatan yang akan dirasakan oleh orang yang berpuasa. Pertama, kenikmatan jasmani. Kenikmatan ini bersifat lahiriah, badaniyah, fisik-jasmani. Orang yang berpuasa akan langsung bisa meneguk kenikmatan jenis ini ketika ia berbuka.  

Makan dan minum bagi orang lapar dan dahaga adalah kenikmatan yang luar biasa. Seruputan yang pertama nikmat luar biasa. Seruputan kedua, ketiga, keempat, dan seterusnya kadar kenikamatan berangsur-angsur berkurang. Inilah kenikmatan jasmani, kenikmatan yang jika sudah terpenuhi kebutuhan jasmani kita, maka rasa nikmat sedikit demi sedikit akan berkurang. Bagi orang yang sudah keyang, makan tidak akan menambah nikmat, justru akan membuat perut sakit.

Kedua, kenikmatan rohaniah.  Yakni kenikmatan yang akan kita rasakan ketika bertemu dengan Allah SWT. Kenikmatan ini akan kita rasakan besok di hari akhir, di hari kiamat. Saat ini kita tidak bisa langsung merasakannya. Tetapi besok di hari akhir ketika semua amal manusia dihisab dan dibalas, kita akan merasakan balasan puasa kita. Dan nikmat yang paling agung adalah ketika kita bertemu dengan Allah SWT, Sang Maha Pengasih, Maha Pemurah, dan Maha Penolong.

Kenikmatan rohaniah ini sulit untuk diceritakan, sulit untuk digambarkan dengan kata-kata. Andai digambarkan dengan kata-katapun tidak akan bisa menggambarkannya dengan baik, apalagi sempurna.

Sebagai ilustrasinya saja, betapa bahagia dan nikmatnya seorang kekasih ketika ia bertemu dengan orang yang ia cintai. Betapa sumpringahnya, bahagianya Nabi Adam a.s ketika bertemu dengan Ibunda Hawwa’ setelah sekian tahun berpisah. Betapa berbunga-bunganya hati Zulaikkah ketika melihat Yusuf. Betapa gembiranya hati Qais ketika memandang Laila, kekasih yang ia dambakan. Semuanya merupakan gambaran kenikamatan, kebahagiaan, kegembariaan yang tiada tara. Ini baru kenikmatan memandang, melihat, dan bertemu dengan makhluk.  

Bagaimana jika besok di akhirat, orang-orang yang berpuasa bertemu dengan Allah, Sang Khaliq. Betapa bahagianya, betapa gembiranya, betapa nikmatnya, jika besok orang-orang yang berpuasa bertemu dengan Allah Yang Maha Indah.      

 *Penulis adalah pengajar di MTs. NU Miftahul Falah


Komentar0

Type above and press Enter to search.