KUDUS, mwcnudawe.id – Mustasyar MWC NU Dawe KH. Em Masyfu’ie mengajak seluruh elemen masyarakat untuk merawat situs dan ritus peninggalan para wali pendahulu. Hal itu ia sampaikan pada acara Pembagian Berkat Buka Luwur dan Peringatan Haul Sunan Kudus di Gedung NU Dawe, Kamis (19/08/21) pagi.
Menurutnya, melestarikan peninggalan para wali adalah salah satu bentuk kekhawatiran akan “hilangnya” Islam. Peninggalan para wali di desa-desa, kata dia, harus dihidupkan dan dikenalkan kepada masyarakat luas, utamanya generasi muda.
“Tentu kita tidak bisa membayangkan bagaimana jika anak-cucu kita tidak lagi mengenal Islam dari akarnya,” ujar guru MA NU Miftahul Falah ini.
Pada kesempatan itu, ia juga membahas perihal pentingnya bersyukur atas nikmat menjadi orang Islam yang memiliki iman. Yang tidak kalah pentingnya, yaitu bersyukur telah dilahirkan dan besar sebagai bangsa Indonesia.
“Kita juga harus bersyukur menjadi bagian dari bangsa yang besar dengan falsafah negara yang luar biasa bernama Pancasila,” ujar dia.
Pengasuh PP Al-Muchit itu menjelaskan, falsafah Pancasila secara konsep sudah sesuai dengan Islam. Buktinya yaitu diawali dengan sila Ketuhanan Yang Maha Esa. Sebuah sila yang mengamanatkan masyarakatnya supaya mengenali Tuhannya terlebih dahulu sebelum sesuatu yang lainnya.
“Ini sesuai dengan yang diajarkan oleh Islam, yaitu kewajiban pertama bagi kita sebagai orang tua adalah memperdengarkan atau mengajarkan kalimat Allah kepada anak yang baru lahir,” tandasnya.
Peringatan Buka Luwur atau Haul Sunan Kudus tersebut dihadiri secara terbatas oleh tamu undangan dan pemangku belik dan punden. Hadir pula beberapa tokoh MWC NU Dawe dan beberapa kepala desa yang ada di wilayah Dawe. Sebelumnya, dibacakan pula istighatsah yang dipimpin oleh KH. Muhdi Ahmad dan doa Asyura yang dipimpin oleh KH. Abdul Mu’thi. (frd)
Komentar0